Jumat, 06 April 2018

Guratan Sejarah di Banda Neira
Primadona Pulau Banda Benteng Belgica.
Sebagai daerah tujuan wisata yang dikenal memiliki panorama bawah laut yang menakjubkan, Kepulauan Banda tak lagi asing bagi para penggemar wisata bahari, terutama mereka yang memiliki hobi menyelam dan snorkling. Keindahan taman laut beserta keanekaragaman biota lautnya merupakan daya tarik utama. Ada sekitar 52 titik penyelaman yang menawarkan atraksi pemandangan flora-fauna menawan dengan koleksi 400 species biota lautnya yang tak pernah ada di pojok dunia mana pun. 
Namun, kepulauan yang sarat dengan kisah heroik ini, tak hanya memiliki obyek wisata bawah laut. Berbagai lokasi wisata darat di gugusan pulau yang ada juga tak kalah memukau. Sejumlah bangunan tua maupun benteng sisa peninggalan masa penjajahan Portugis dan Belanda masih terawat dengan baik. Terutama yang berada di pulau utamanya yakni Pulau Banda Neira. 
Menyusuri jalanan di Banda Neira seolah membawa kita kembali ke awal tahun 1900-an. Sudut-sudut kota yang sepi, jalanan sempit dengan lebar hanya 4 meter serta bangunan-bangunan tua yang masih kokoh dan terawat kondisi aslinya merefleksikan kehidupan yang sama ratusan tahun lalu. Teduhnya pepohonan kenari berumur ratusan tahun menambah nuansa asri dan tenang.
Rumah Pengasingan Bung Hatta.
Salah satu bangunan tua yang menyimpan jejak sejarah perjuangan bangsa adalah Rumah Pengasingan Bung Hatta. Di sana terekam jejak perjalanan Bung Hatta selama diasingkan pada kurun 1936–1942. Dari tempat tidur, jas, mesin tik, kursi goyang hingga foto-foto keluarga. Juga bangku-bangku sekolah yang digunakan untuk mengajar anak-anak Banda. Kondisi serupa juga ditemui di Rumah Pengasingan Sutan Sjahrir dan Dokter Cipto Mangunkusumo. Sejumlah barang peninggalan mereka serta bangunan rumah masih terawat dengan baik dengan mempertahankan bentuk dan arsitektur aslinya. 
Sedangkan berbagai benda bersejarah kuno seperti meriam, pistol, senapan, pedang, helm, perisai, uang perak, kunci, gramofon, foto-foto dan lainnya tersimpan rapi di Rumah Budaya yang dulu merupakan vila milik salah seorang petinggi Belanda. Di sana juga terdapat beberapa lukisan yang menggambarkan diorama perjalanan Banda dan lukisan diri Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC (Serikat Dagang Hindia-Timur). 
Istana Mini atau bekas kediaman resmi gubernur jenderal VOC.
Situs-situs bersejarah lainnya adalah rumah bekas kediaman resmi gubernur jenderal VOC atau Istana Mini. Di gedung besar ini terdapat sejumlah guratan sejarah di antaranya lubang bekas tembakan meriam di tembok serta surat seorang opsir Perancis sebelum gantung diri karena merasa tidak ada harapan untuk kembali ke tanah airnya.
Gereja Tua yang dibangun tahun 1680 juga menyimpan kisah mengharukan. Bangunan ini dipugar pada tahun 1852 setelah mengalami kerusakan akibat letusan Gunung Api. Di atas lantai ruang misa yang terbuat dari batu granit terpahat nama-nama pejabat dan perkenier (juragan kebun pala) Banda yang dikubur di bawahnya. 
Ruang misa Gereja Tua.
Ada juga Monumen Parigi Rante yang menjadi saksi bisu kebiadaban Belanda. Di sanalah, 8 Mei 1621, seregu samurai Jepang didatangkan Jan Pieterszoon Coen untuk menyembelih 40 orang pemuka masyarakat Banda yang menolak monopoli niaga pala yang diberlakukan Belanda. Di dinding belakang perigi tertulis sederet nama tokoh dari berbagai penjuru Nusantara yang dibuang ke pulau itu sejak abad ke-19. 
Bangunan sejarah yang menjadi primadona Banda Neira adalah Benteng Belgica. Benteng yang menjulang hitam di atas bukit ini terletak di sebelah barat Pulau Neira. Dibangun oleh Gubernur Jenderal Banda pertama, Pieter Both, pada 4 September 1611, untuk menghadapi pemberontakan masyarakat Banda. Dengan luas 3.600 meter persegi dan dikelilingi tembok sepanjang 385 meter, Belgica menjadi salah satu benteng terindah abad ke-17. Di petak atapnya yang berumur 400 tahun, kita akan tertegun memandang sang surya tenggelam di ufuk barat Banda.
Seperti masa lalunya, serpihan surga di timur Indonesia itu kini semakin ramai didatangi turis, terutama dari Eropa, untuk melihat langsung sisa-sisa peninggalan kolonial, keindahan alam dan atraksi panorama bawah laut yang sanggup "menghipnotis" mata dan batin wisatawan.

Benteng Nassau adalah benteng Belanda pertama di Neira.

Panduan wisata ke Banda Neira

Transportasi udara: Ambon, ibu kota Provinsi Maluku merupakan gerbang menuju Banda Neira, sebelum melanjutkan dengan modatransportasi lain. Ada banyak maskapai yang melayani penerbangan ke Ambon seperti Garuda Indonesia, Citilink, Batik Air, Lion Air, dan Sriwijaya Air dengan jarak tempuh penerbangan langsung sekitar tiga jam. Rata-rata penerbangan melakukan transit di Makassar, Sulawesi Selatan.

Penyeberangan menuju Banda Neira: Untuk menuju Banda Neira dari Ambon ada tiga alternatif moda transportasiPertama yang paling mudah adalah menumpang kapal cepat Express Bahari dari Pelabuhan Tulehu yang berjarak satu jam berkendara dari pusat Kota Ambon. Jadwal kapal cepat Express Bahari dari Pelabuhan Tulehu menuju Banda Neira adalah Selasa dan Sabtu pukul 09.00 WIT. Sedangkan dari Banda Neira menuju Pelabuhan Tulehu adalah Rabu dan Minggu pukul 09.00 WIT. Perjalanan ditempuh dalam 6-7 jam. Harga tiket kelas biasa Rp410.000 dan VIP Rp650.000. Tiket dapat langsung dibeli pada hari keberangkatan di loket pelabuhan. Kedua menggunakan Kapal Pelni, seperti Kapal Nggapulu atau Kapal Leuser. Jadwal keberangkatan kapal dan pemesanan tiket kapal dapat diakses di situs remi Pelni. Umumnya jadwal keberangkatan Kapal Pelni baru beredar satu bulan sebelum keberangkatan kapal. Harga kelas ekonomi dari Ambon menuju Banda Neira dengan Kapal Leuser dihargai Rp105.000 per orang dan perjalanan ditempuh dalam 10-12 jam perjalanan. Ketiga menggunakan pesawat perintis. Harga tiket pesawat sekali perjalanan dari Ambon ke Banda Neira sekitar Rp350.000. Untuk pemesanan dapat langsung menuju loket informasi maskapai Dimonim di Bandara Pattimura Ambon. Perjalanan Ambon menuju Banda Neira via udara berlangsung sekitar 45 menit.

Pelabuhan Banda Neira.
Akomodasi: Tersedia banyak pilihan hotel dan penginapan di Banda Neira. Yang paling terkenal adalah Hotel Maulana di dekat pelabuhan Neira dengan pemandangan Teluk Banda dan Gunung Api yang mengagumkan. Salah satu hotel terbaik di dunia versi Tatler’s Travel Guide yang pernah disinggahi beberapa selebriti dunia seperti Lady Diana, Mick Jagger, Sarah Ferguson dan Francis Ford Coppola. Tarif hotel tersebut berkisar Rp375.000 hingga Rp3 juta per malam. Untuk para backpacker bisa menginap di banyak guesthouse dengan tarif mulai sekitar Rp100 ribuan.

Waktu: Musim terbaik menuju Banda Neira jatuh pada Oktober dan awal November. Saat itu cuaca cerah di Kepulauan Banda dengan ombak tenang nan bersahabat. Bulan terburuk adalah Mei-Juli, saat ombak laut sedang tinggi. Kita bisa merencanakan perjalanan ke sana jauh hari sebelumnya dengan memesan tiket pesawat dan hotel sekaligus melalui beberapa situs travel daring. 


1 komentar:

  1. Banda Neira memang kaya catatan sejarah ya. Suatu hari ingin menjejak di sana,aamiin

    BalasHapus