Selasa, 03 April 2018

Eksotisme Sungai Hitam 
di TN Sebangau
TN Sebangau merupakan kawasan ekosistem rawa gambut.

Pulau Kalimantan merupakan surga bagi keberadaan taman nasional karena memilki area hutan luas membentang dengan harta karun berupa keanekaragaman flora dan fauna yang tak ternilai. Ada delapan taman nasional yang tersebar di pulau terluas se-Indonesia itu yakni Betung Kerihun, Bukit Baka Bukit Raya, Danau Sentarum, Gunung Palung, Kayan Mentarang, Kutai, Tanjung Puting, dan Sebangau.

Taman nasional tertua adalah Kutai dan Tanjung Puting, keduanya dicanangkan sebagai taman nasional pada 1982. Sementara itu, yang paling baru adalah Taman Nasional (TN) Sebangau yang dicanangkan pada 2004. Taman Nasional Sebangau dan TN Tanjung Puting sama-sama terletak di Kalimantan Tengah. Namun, TN Sebangau memiliki keunikan karena merupakan kawasan ekosistem rawa gambut.

Bekas kebakaran masih tampak di beberapa titik.
Secara administratif, TN Sebangau masuk dalam tiga wilayah yakni Kota Palangkaraya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau. Sebelum didaulat menjadi taman nasional, Sebangau merupakan hutan produksi yang dikelola beberapa perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Pembalakan liar pun merajalela usai berakhirnya izin HPH di kawasan tersebut. Namun kini, meski bekas kebakaran hutan masih jelas terlihat, taman nasional seluas 568.700 hektar itu menjadi lokasi ekowisata terutama untuk melihat langsung satwa liar.

Taman Nasional Sebangau menjadi habitat dari 808 jenis tumbuhan, 15 jenis mamalia, 182 jenis burung, dan 54 spesies ular. Jenis flora yang tumbuh di area rawa gambut ini sangat spesifik dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di Sebangau kita bisa melihat satwa liar langsung di habitat aslinya. Beberapa satwa endemik penghuni taman nasional ini di antaranya orang utan, bekantan, beruang madu, owa-owa, burung rangkong, dan monyet ekor panjang.

Speedboat menjadi alat transportasi masyarakat sekitar TN Sebangau.
Ada tiga titik wisata yang terbagi di masing-masing kota/kabupaten. Namun yang paling mudah dijangkau adalah area Sungai Koran yang terletak dekat Kota Palangkaraya. Sungai Koran memiliki keunikan karena airnya berwarna hitam. Warna tersebut muncul dari kandungan tannin yang tinggi akibat rawa gambut di bagian dasarnya.

Sungai ini dipenuhi tumbuhan rasau, sejenis pandan yang memiliki duri di bagian daun dan batang. Kita bisa menyusuri sungai ini dalam half-day trip selama 3-4 jam. Caranya, kita bisa menyewa mobil dari Kota Palangkaraya atau Bandara Tjilik Riwut menuju Desa Kereng Bangkirai. Perjalanannya hanya butuh waktu sekitar 15-20 menit. Dari desa ini, kita bisa menyewa speedboat seharga Rp500.000—bisa diisi maksimal tiga orang dan satu/dua pemandu—yang akan mengajak kita meliuk-liuk menembus “labirin” rasau Sungai Koran.

Burung Rangkong merupakan satwa khas Pulau Kalimantan.
Berwisata di TN Sebangau kita akan menemukan lanskap dan suasana khas pedalaman Kalimantan. Tak ada polusi udara maupun kebisingan kota. Sebuah suasana sunyi yang rasanya sekarang ini mahal harganya. Tak heran, jika TN Sebangau kini menjadi “destinasi wajib” bagi para penyuka wisata alam yang berkunjung ke Palangkaraya. 

Panduan wisata ke TN Sebangau

Transportasi udara: Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya melayani penerbangan ke banyak kota, termasuk Jakarta dan Surabaya. Beberapa maskapai yang bisa dipilih antara lain Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Garuda Indonesia rute Jakarta-Palangkaraya (penerbangan langsung) beroperasi dua kali sehari, yakni pagi dan sore hari. Begitu pun sebaliknya. 
Orang utan di habitat aslinya.
Akomodasi: Berhubung TN Sebangau bisa dijangkau dalam tempo setengah hari dari Kota Palangkaraya, kita bisa memesan hotel di tengah kota dengan pilihan harga kamar berkisar Rp300.000-600.000 per malam. Namun jika ingin merasakan suasana “petualangan” di pedalaman hutan Kalimantan, kita juga bisa menginap di Pos Jaga Sungai Koran. Pos ini punya tiga kamar, satu kamar mandi, satu dapur, dan ruang tengah. Di sebelah bangunan utama terdapat gazebo besar dan menara pandang.

Waktu: Waktu terbaik menyambangi TN Sebangau adalah pada saat musim hujan (Desember–Februari) karena kita bisa menyusuri Sungai Koran menggunakan speedboat tanpa harus trekking di area gambut akibat air surut. Sedang waktu terbaik untuk melihat orang utan adalah sore hari. Mulai pukul 15.00 WIB, orang utan mengumpulkan dedaunan untuk dijadikan "kasur". Mereka tidur di lokasi berbeda setiap malam. Kita bisa merencanakan perjalanan ke sana jauh hari sebelumnya dengan memesan tiket pesawat dan hotel sekaligus melalui beberapa situs travel daring.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar